SARASEHAN BANTENGAN

02.50 / Diposting oleh NGLELURI KABUDHAYAN JAWI / komentar (0)

Disalin Oleh : Drs.Ec. Djoko Prijono, MSi




Pagelaran Bantengan 2010 merupakan narasi kecil disebuah Kabupaten Mojokerto, proses eksplorasi bersama pelaku kesenian dengan berbagai komponen masyarakat yang plural, yang dengan kesadaran terbuka menjadikan ruang budaya sebagai bentuk kompromi terhadap pandangan pluralitas kehidupan.


 REVIEW PROSES 

Kegiatan ini merupakan kegiatan kolosal yang diselenggarakan oleh rakyat setiap tahun, dimotori oleh DEWAN KESENIAN KABUPATEN MOJOKERTO sebagai bentuk upaya pendidikan kebudayaan yang dilakukan secara simultan.
Ada semacam pertanyaan kenapa harus dilakukan tiap tahun?, apakah hanya sebuah repetisi atau bentuk pengulangan dari sebuah cerita sukses pada masa sebelumnya? Pertanyaan pertanyaan tersebut timbul didalam benak kami, seperti apakah kemudian kami mengkonstruksi sebuah kegiatan supaya tidak hanya menjadi kegiatan yang repetisi belaka.
Sedikit mereview Kegiatan sebelumnya, Festival Bantengan Kab. Mojokerto dengan tajuk Ethnic Colosal Culturetainment, telah berhasil menunjukan realitas narasi kecil nya sebagai kesenian yang layak diperhitungkan pada pentas budaya nasional. Dihadiri kurang lebih 25 group peserta dari berbagai daerah Kecamatan, dan hadiri pula beberapa tokoh nasional, acara tersebut diharapkan dapat menyedot lebih dari 1000 penonton yang berdiri di sepanjang jalan. Dengan lokasi pelaksanaan acara dimaksud tidak menyurutkan energi peserta dan penonton untuk tetap melihat acara tersebut hingga selesai.
Energi kreatif kami menjadi merasa tertantang, untuk menjadikan kegiatan ini tidak hanya menjadi monumen budaya belaka, namun kami berusaha secara serius, untuk mengisi kegiatan tersebut dengan konsep yang lebih dalam, segar dan terkini, yang mampu memberikan gambaran tentang situasi sosial budaya dan secara maksimal kami berharap dapat mengirimkan sebuah pesan kepada dunia akan pentingnya pendidikan kebudayaan sebagai medan ruang komunikasi dialogis di Kabupaten Mojokerto.
Disporabudpar berharap agar Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto selalu mengutamakan, kesederhanaan, kebersamaan, kemitraan dan pengertian mutual.

KORELASI KEGIATAN DAN ISU

Festival  Bantengan 2010 Kabupaten Mojokerto, sebuah tema  tentang pandangan keseimbangan. Keseimbangan antara keadilan dan kebijakan, kesetaraan dan persamaan, kearifan dan prilaku, keseimbangan antara rakyat dan negara, antara yang dipilih dan yang memilih, yang kemudian menjadi sebuah cakrawala suritauladan bersama tanpa lagi melihat batasan batasan normative yang seringkali menjadikan kesalah-pahaman, kesalah-penglihatan atau bahkan kesalah-penilaian.
Mungkinkah Festival Bantengan tersebut dapat kita gapai secara bersama? Ditengah isu yang sangat strategis menghadapi momentum, kami sebagai Mitra Kerja bersama Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, merasa sangat termotivasi, untuk dapat memberikan pagelaran terbaik dan menjadikan agenda tersebut sebagai bagian langsung dari peristiwa bersejarah.
Prilaku kesederhanaan, kebersamaan, kemitraan dan pengertian mutual, semoga dapat menjadi kesuri tauladanan bersama, dalam mewujudkan agenda Festival Bantengan Kabupaten Mojokerto 2010 dan kami sangat berharap, akan adanya inspirasi bersama dalam upaya perwujudan warisan budaya leluhur  yang lebih baik.

 VISI KEPENYELENGGARAAN

Melanjutkan kegiatan kolosal  kerakyatan terbaik dari event  secara simultan pada pentas sebelumnya  dan menjadikan Festival  Bantengan Kabupaten Mojokerto 2010  sebagai asset pariwisata kerakyatan di Kabupaten Mojokerto.

MISI KEPENYELENGGARAAN

Untuk mensukseskan Visi diatas, maka diperlukan upaya upaya dalam rangkaian misi sebagai berikut  :

  1. Mendorong kegiatan Bantengan 2010 sebagai agenda resmi Pariwisata Nasional maupun Daerah
  2. Mendorong terwujudnya Hak Pathen kesenian Bantengan sebagai upaya melestarikan serta melindungi aset budaya bangsa.
  3. Mengembangkan pola kemitraan ekonomi kerakyatan, sebagai kekuatan dasar untuk menopang keberlangsungan kesenian maupun pelaku kesenian Banthengan
  4. Mengembangkan kegiatan Banthengan sebagai medan ruang dialogis seluruh pemangku kepentingan yang terlibat, baik langsung maupun secara tidak langsung.
  5. Menumbuhkan kesadaran pembelajaran social, yaitu dengan pembelajaran yang melibatkan masyarakat secara keseluruhan, yang diwujudkan lewat memori social, pola pola institusi, memori institusi, dan persepsi bersama.
  6. Mendorong kesadaran kepada masyarakat tentang perlunya mengadakan perubahan: bagaimana merubah pandangan hidup, gaya hidup, keyakinan budaya yang telah menjadi common belief, ke arah pandangan hidup di masa depan yang lebih baik. Khususnya, bagaimana pandangan dunia kapitalisme global yang berdasarkan pada prinsip kekuasaan, eksploitatif, dominasi, eksploitasi, kompetisi, dan hasrat tak terbatas, dirubah atau dimodifikasi ke arah pandangan dunia yang lebih manusiawi, yang dilandasi oleh prinsip prinsip lokalitas : kesederhanaan, kebersamaan, kemitraan, pengertian mutual.

TUJUAN KEPENYELENGGARAAN

  1. Merencanakan keterlibatan publik seluas-luasnya dalam penyelenggaraan Agenda Bantengan 2010 yang ter representasikan di dalam peningkatan partisipasi mereka dalam kegiatan
  2. Mengundang tokoh tokoh nasional yang sangat diperlukan sebagai endoser dari kegiatan Bantengan 2010
  3. Mempertemukan tokoh tokoh nasional tersebut dalam agenda tatap muka dan kenal langsung.
  4. Merancang detail tahapan kepenyelenggaraan kegiatan dengan dukungan administrasi formal yang sangat terinci, sehingga secara yuridis hasil kegiatan dapat menjadi tolok ukur peningkatan partisipasi rakyat didaerah.
  5. Mengembangkan bentuk baru kepenyelenggaraan pendidikan kebudayaan didaerah sebagai ruang ekspresi masyarakat sekaligus sebagai penanda tahapan peningkatan sosio-kultural masyarakat.
  6. Menciptakan pola kemitraan pembangunan ekonomi melalui kader kader budaya lokal yang telah ada, sebagai motor penggerak utama / pemercepat pembangunan di wilayah masing masing
  7. Membuat dokumen hasil kepenyelenggaraan FESTIVAL BANTENGAN 2010 yang memuat tahapan penyelenggaraan, dokumen peserta, serta beberapa evaluasi atas kelemahan yang terjadi, Diharapkan dokumen ini akan menjadi naskah acuan bagi evaluasi control terhadap kegiatan di masa mendatang.
  8. Menciptakan pemahaman bersama proses pendidikan kebudayaan didaerah dari setiap stake holder yang terlibat

KARAKTER WANITA MENURUT PRIMBON JAWA

15.03 / Diposting oleh NGLELURI KABUDHAYAN JAWI / komentar (0)

Disalin Raden Samiadji



Primbon Jawa sebagai produk kuno masih memliki penggemar dan bahkan sebagian orang jawa masih menggunakan primbon untuk mengartikan mimpi bahkan kejadian yang akan datang. Dalam primbon Jawa banyak sekali dimuat berbagai aturan ataupun petunjuk kehidupan dan salah satunya adalah gairah sex wanita. Menurut primbon jawa dapat dilihat dari ciri-ciri fisiknya dan berikut sebagian ciri-ciri fisik seorang wanita dan gairah sex-nya.

Kunci Emas
Ciri fisik : Tubuhnya panjang, tapi kakinya agak pendek tak proposional. Rambutnya tumbuh subur tebal, demikian pula bulu rambutnya baik di tangan atau kadang kaki, dan dibagian "V". Muka dan payudaranya kecil.

Wanita ini termasuk baik dan setia. Meskipun gairah seksualnya tidak menonjol, tapi ia mampu mengimbangi pasangannya. Kalau pria pasangannya memperlakukannya dengan penuh kasih, ia bisa jadi wanita yang menggairahkan. Tapi, ia cenderung tertarik pada wanita sejenis.

Bunga Restu
Ciri fisik :Tubuh besar, kukuh dan cenderung pendek. Muka dan dahinya kecil, mulutnya agak tebal, rambutnya tebal.

Ia termasuk wanita pendiam, demikian juga di tempat tidur. Ia pasif, tak peduli pada pasangannya. Pria pasangannya perlu kesabaran dan memanasinya, karena pada dasarnya ia bisa menjadi pasangan yang menyenangkan. Apalagi, menurut orang Jawa, tipe wanita ini mendatangkan rejeki.

Bintang berkerlip
Ciri fisik :Bertubuh tinggi semampai, berpinggang kecil dengan pinggul besar. Rambutnya lurus sedang, mata sayup-sayup tertutup, hidung besar.

Dari penampilan fisik, wanita ini punya sex appeal yang tinggi. Pria membayangkan ia punya gairah seks yang besar, padahal biasa-biasa saja. Ia bukan penikmat seks, tapi lebih memikirkan urusan rumah tangga dan masa depan anaknya. Ia tipe istri yang baik, setia dan tabah dalam menghadapi persoalan.

Bintang Siaga
Ciri fisik ; Tubuh sedang, tidak tinggi, tidak pendek cenderung kecil. Wajahnya bulat, bermata sayup seperti mengantuk. Mulut lebar, bibir atas lebih kecil dari bibir bawah, telinga melebar keluar.

Bukan hanya gairahnya yang kurang, tapi juga dalam hal olah asmara. Ia terlalu monoton, tidak ada keinginan untuk meningkatkan kemahiran dan belajar bagaimana menikmati seks. Seks baginya seperti kewajiban saja, sehingga pasangannya cenderung kecewa.

Seroja Bergoyang
Ciri fisik :Tubuhnya bagus, meskipun berdada kecil, tapi padat berisi. Beralis tebal, mulut kecil dengan bibir sensual. Pinggulnya tampak seksi berisi.

Secara fisik, ia sangat menarik. Tetapi secara personal, ia bukan wanita yang ceria, cenderung pemuram dan pesimistis. Ia lebih sering cemberut dibanding tertawa dan tersenyum. Pantas kalau ia tampak lebih tua dibanding umurnya. Dalam hal asmara, ia tak semenarik penampilannya. Tapi bagi pria yang egois dan butuh kecepatan, wanita ini bisa saja jadi pasangan yang cocok. Apalagi, Si Seroja bergoyang ini bukan tipe penuntut.

Bunga Indah
Ciri fisik:Tubuh tinggi dengan payudara besar menelungkup ke dalam sehingga tampak indah. Kakinya juga panjang, kalau duduk sering ditumpangkan satu dengan yang lain, dan kalau berjalan lenggang lenggok. Kulitnya putih, berwajah bulat, matanya suka mengerdip indah.

Dari segi fisik, wanita ini tampak ideal. Dan ia memang tipe wanita yang setia, berbakti pada pria pasangannya, bahkan sebagian rela tak peduli pasangannya punya WIL. Memang meskipun fisik dan perilakunya mengundang hasrat besar pria, tapi tidak demikian reaksi seksualnya. Ia tipe wanita dingin, yang sekadarnya saja dalam olah asmara. Ia sudah merasa cukup dan damai kalau dicukupi kebutuhan materialnya.

Pikat Mutiara
Ciri fisik: Tinggi dengan punggung agak membungkuk, tapi berpayudara kecil. Leher panjang, dahi lebar, mulut lebar dan dari kejauhan tampak memikat.

Sebenarnya ia tipe wanita yang cerdas, kata-katanya terpilih dan penuh perhatian. Ia tipe teman yang baik. Ketidaksukaannya berterus terang, membuat olah asmaranya dingin kalau pria pasangannya tak menangkap keinginannya. Wanita mutiara ini lebih suka memberikan bahasa isyarat, sehingga pihak pria harus peka dan tanggap. Ia sebenarnya pencinta yang baik, meskipun gairahnya kecil saja. Tapi buka berarti tak ada kebahagiaan, lho.

Sri Tumurun
Ciri fisik; Tubuh tinggi, kaki panjang, dada tipis. Mukanya bulat, kaki panjang, dada tipis. Mukanya bulat, mulut lebar, bibir tebal, rambut lemas, bertumit besar.

Meskipun tinggi semampai, sex appeal-nya rendah. Ia lebih menarik menjadi teman karena ia ramah, sopan dan pandai bertutur kata. Sebenarnya, ia tipe istri yang baik karena jenis subur dan membawa berkah. Dalam kultur Jawa, ia adalah titisan Sri, Dewa Padi. Tapi dalam olah asmara, wanita Sri ini cenderung dingin, bahkan frigid. Pria pasangannya sering dibuatnya jengkel dan kesal karena itu. Dan Sri tidak begitu peduli.
 






Atur Sabdo Pambagyo

06.40 / Diposting oleh NGLELURI KABUDHAYAN JAWI / komentar (0)


Disalin Raden Samiadji



Åjå sirå wani-wani ngaku Pangéran, sênadyan kawrúhira wís tumêka “Ngadêg Sarirå Tunggal” utåwå bisa mêngêrtèni “Manunggaling Kawulå Gusti”

(Janganlah kamu coba berani mengaku Tuhan, walaupun ilmu pengetahuanmu sudah sampai pada ‘berdiri sebagai Pribadi Tunggal’ atau bisa memahami “kemanunggalan” makhluk dengan Sang Pencipta)

 

Pangéran Kang Måhå Kuwåså (Gusti Allah, Tuhan) iku siji, angliputi ing ngêndi papan, langgêng, síng nganakaké jagad iki saisiné, dadi sêsêmbahan wóng sa-alam donyå kabèh, panêmbahan nganggo carané dhéwé-dhéwé

(Tuhan Yang Maha Kuasa itu satu, meliputi seluruh penjuru dunia, yang abadi, yang mencipta bumi seisinya,  disembah oleh manusia seluruh dunia, (manusia) menyembah dengan caranya masing-masing)

 

Janma ingkang wus waspadeng semu sinamun ing samudana, sesadon ingadu manis 

(Ciri orang yang sudah cermat akan ilmu justru selalu merendah diri dan selalu berprasangka baik)

 

Si pengung nora nglegawa, sangsayarda deniro cacariwis, Ngandhar-andhar angendhukur, Kandhane nora kaprah,  saya elok alangka longkanganipun. Kawruhe mung ana wuwus, Wuwuse gumaib gaib,kasliring thithik tan kena. Si wasis waskitha ngalah, ngalingi marang si pingging.

(Si dungu tidak menyadari, bualannya semakin menjadi jadi,  ngelantur bicara yang tidak-tidak, bicaranya tidak masuk akal,  makin aneh, membual tak ada jedanya. Ilmunya sebatas mulut, kata-katanya di gaib-gaibkan, dibantah sedikit saja tidak mau, membelalak alisnya menjadi satu Lain halnya, Si Pandai cermat dan mengalah, tidak mau membuka aib si bodoh)

   

Nulada laku utama tumrape wong tanah jawi, Wong agung ing Ngeksiganda, Panembahan Senopati, Kepati amarsudi sudane hawa lan nepsu, Pinepsu tapa brata, tanapi ing siyang ratri, Amamangun karyenak tyasing sesama.

(Contohlah perilaku utama, bagi kalangan orang Jawa (Nusantara),  orang besar dari Ngeksiganda (Mataram), Panembahan Senopati,  yang tekun, mengurangi hawa nafsu, dengan jalan prihatin (bertapa),  serta siang malam selalu berkarya, menentramkan hati kepada sesama)

 

Ing donyå iki ånå róng warnå síng diarani bêbênêr, yakuwi bênêr mungguhíng Pangéran lan bênêr såkå kang lagi kuwåså

(Di dunia ini ada dua macam kebenaran, yakni kebenaran menurut Tuhan dan kebenaran yang datang dari manusia sedang berkuasa)

 

Klabang iku wisané ånå ing capité. Kålåjêngkíng wisané múng ånå pucúk buntút (êntúp). Yèn ulå mung dumunúng ånå untuné ulå kang duwé wiså. Nangíng yèn durjånå wisané dumunúng ånå ing sakujúr badan

(Bisa Lipan terletak dicapitnya, bisa kalajengking hanya terdapat di ujung ekornya, bisa ular hanya terdapat di gigi taringnya saja, tetapi manusia durjana seluruh badannya berbisa)

 

Ajiníng dhiri iku dumunúng ånå ing lathi lan budi

(Harga diri seseorang terletak di dalam ucapan dan budi pekertinya)

 

Wóng iku kudu ngudi kabêcikan, jalaran kabêcikan iku sanguníng uríp. Wóng kang ora gêlêm ngudi kabêcikan iku prasasat sétan

(Setiap orang harus berusaha melaksanakan kebajikan, sebab kebajikan itu sebagai bekal hidup. Orang yang tidak mempedulikan kebajikan adalah sebangsa setan)

 

Ngèlmu iku kêlakóné kanthi laku, sênajan akèh ngèlmuné lamún ora ditangkaraké lan ora digunakaké, ngèlmu iku tanpå gunå

(Ilmu diperoleh dengan usaha yang giat, walapun banyak ilmu jika tidak disebarluaskan dan tidak dimanfaatkan, ilmu tersebut tak kan berguna apa-apa)

 

Wóng linuwíh iku kudu biså ngêpèk ati lan ngêpénakaké atiné liyan. Yèn kumpúl karo mitrå kudu biså ngêtrapaké têmbúng kang manís kang pêdhês, sêpêt, bisa gawé sênêngíng ati. Yèn kumpúl pandhitå kudu biså ngómóngaké têmbúng kang bêcík. Yèn ånå sangarêpíng mungsúh kudu biså ngatónaké kuwåså pangaribåwå kaluwihané

(Orang punya kelebihan harus bisa mengambil hati dan menentramkan hati orang lain, jika berkumpul bersama kawan-kawan harus bisa menyesuaikan ucapan yang manis, yang pedas, yang sepet, bisa membuat gembira hati orang lain. Bilamana berkumpul dengan pendhita harus bisa berucap secara sopan dan baik. Bilamana berada di depan musuh harus bisa memperlihatkan wibawa dan kelebihannya)

 

Åjå sênêng yèn dèn alêm, åjå sêngit yèn dèn cacad

(Jangan senang jika dipuji, jangan sakit hati jika dicela